Sampul

Perjuangan Laskar HISBULLAH

Pengarang : Suratmin

Penerbit : Matapadi Pressindo

Tahun : 2017

Jumlah : 1

Sinopsis : Laskar Hizbullah, kelompok pejuang yang terdiri dari pemuda-pemuda Islam dan para santri pondok pesantren telah memiliki andil besar dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945-1949, khususnya dalam pertempuran di Surabaya tanggal 10 November 1945. Namun perjuangannya yang begitu besar itu belum tergoreskan dalam lembaran sejarah. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila sebagian besar bangsa kita khususnya generasi muda kurang begitu memahaminya. Perjuangan mereka yang tanpa pamrih itu mestinya tidak boleh terlupakan dan bahkan sangat penting untuk dipahami dan diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Terbentuknya Laskar Hizbullah merupakan keberhasilan perjuangan umat Islam dan Bangsa Indonesia pada umumnya dalam upaya menyiapkan kader-kader bangsa yang tangguh, berdedikasi tinggi serta pantang menyerah dalam menghadapi musuh yang ingin menjajah bangsa Indonesia. Laskar Hizbullah telah tampil dalam panggung perjuangan dengan tindakan nyata melawan kaum penjajah. Dengan semangat nasionalisme dan jiwa patriotisme yang tinggi, Laskar Hizbullah telah memainkan perannya. Perannya dalam pertempuran di Surabaya 10 November 1945 menjadi bukti sejarah, bahwa Laskar Hizbullah merupakan pejuang yang handal, mereka lebih baik mati daripada dijajah bangsa asing. Semangat juang yang tinggi itu atas dorongan para kiai dan ulama. Oleh karena itu dalam pertempuran 10 Nopember 1945, kiai dan ulama pun juga telah memainkan perannya di tengah-tengah pejuang kita. Akhirnya, walaupun dengan persenjataan yang sangat terbatas, para Laskar Hizbullah bersama rakyat, arek-arek Surabaya, dan pejuang lainnya berani bertempur melawan musuh yang bersenjata lengkap. Semangat juang yang begitu tinggi dari para pejuang kita itulah yang tidak diperhitungkan musuh. Misi yang seharusnya berjalan damai, sayangnya berubah menjadi medan perang baru bagi tentara Inggris. Perkembangan yang mencemaskan ini tidak terlepas dari peran Belanda yang mendompleng masuk di belakang Sekutu. Perang Konvoi yang terjadi di sepanjang jalan antara Bogor-Cianjur-Sukabumi-Bandung berlangsung dalam dua periode. Perang pertama terjadi pada 9-12 Desember 1945 dan berpusat di Bojong Kokosan. TK R bersama barisan laskar berhasil memukul konvoi Sekutu meski dengan persenjataan seadanya. Perang kedua terjadi pada 10-14 Maret 1946 dan puncaknya terjadi saat pengepungan terhadap tiga batalion Inggris di tengah kota Sukabumi. Aksi TRI bersama barisan laskar menjadi mimpi buruk bagi tentara Inggris. Bahkan para tentara Gurkha dari Nepal dan Batalyon Jats dan Patiala dari India yang sudah sangat terkenal sebagai mesin perang yang menakutkan dibuat tidak berdaya menghadapi gempuran pejuang Republik. Kekalahan ini meyakinkan Inggris dan Sekutu akan keberadaan TRI sebagai kesatuan tentara regular di bawah negara yang berdaulat. Peristiwa ini juga, bersama dengan perang “Bandung Lautan Api’, memaksa Sekutu kembali memasuki meja perundingan dan akhirnya bersedia melibatkan pihak Indonesia dalam misi APWI. Lewat perundingan di Yogyakarta tanggal 2 April 1946, yang disebut “Djogjakarta Agreement”, kemudian dibentuk suatu badan pelaksanaan yang dinamai POPDA (Panitia Oeroesan Pengangkoetan Djepang dan APWI), terdiri dari tenaga sejumlah instansi pemerintah yang terkait, dengan berintikan TRI untuk membantu misi Sekutu. Perang Konvoi adalah sebuah catatan prestasi penting bagi TRI, khususnya Resimen Sukabumi bersama barisan Hizbullah, Sabilillah, Pesindo, Banteng, Pemuda Proletar, KRIS, PRD, Laskar Merah dan laskar lainnya di bawah koordinasi komando Letkol Eddie Soekardi. Kemenangan ini menjadi bagian dari sejarah keberhasilan TKR/TRI sebagai tentara profesional Indonesia dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di kancah percaturan dunia Internasional. Keberasilan ini juga memaksa dunia internasional untuk mengakui keberadaan Negara Republik Indonesia yang berdaulat.